Masa transisi dari status siswa menjadi mahasiswa, adalah masa yang membuat pemikiran para mahasiswa baru dipenuhi dengan rasa ingin tahu yang besar. Tak sedikit pertanyaan yang timbul dalam benak mereka mengenai bangku perkuliahan ini. Karena saat duduk di perguruan tinggi banyak hal yang berbeda dari jenjang-jenjang pendidikan yang selama ini pernah ditempuh.
Tak sama seperti saat SD, SMP dan SMA, ketika kuliah kita akan mendapat pelajaran yang lebih akan tanggung jawab, kepedulian, dan pelajaran tentang cara menyelesaikan masalah. Semua pelajaran itu hanya bisa kita dapatkan jika kita mengalaminya dan mau belajar dari kejadian tersebut.
Hanya sedikit mahasiswa yang tergerak untuk memaknai kampus sebagai tempat melatih diri untuk berpikir dan bekerja dalam basis keilmuan. Juga yang memilih memaknai hubungan antar teman dengan tidak biasa-biasa saja, bergaul di masyarakat, memberikan kontribusi bagi kebaikan dirinya dan orang lain pun sedikit jumlahnya.
Tak semua insan muda berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang ini, yang semestinya menjadikan mahasiswa lebih aktif di kampus dan lingkungan sosial lainnya. Agar mahasiswa dapat menjadi insan yang kritis namun tetap humanis yang seyogyanya dapat menjadi penyambung lidah antara masyarakat dan pemerintah.
Buku yang ditulis dengan bahasa sehari-hari yang ringan tapi tetap mendalam dan tak menggurui ini, tidak bisa diangggap remeh. Sebab buku ini membahas banyak hal seputar bangku perkuliahan, pergaulan dimasyarakat, dan berbagai hal yang akan membuat kita menjadi lebih bersemangat menjalani masa-masa kuliah. Teristimewa untuk mahasiswa baru, buku ini dapat dijadikan panduan dalam memilih kosan dan menyikapi masa OSPEK yang menjadi momok mengerikan bagi sebagian besar orang.
Berbagai pemikiran penulis tentang makna kesuksesan dan tujuan kuliah pun ada di sini. Tentu saja bukan pemikiran biasa yang telah banyak dipikiran orang. Pemikiran-pemikirannya sangat menarik untuk dijadikan wacana bagi kita yang ingin menjadi manusia pembelajar sejati.
Meski buku ini diselingi dengan nuansa rohani Islam, namun tetap layak untuk dibaca siapapun. Pembahasannya yang mencakup bayak hal penting dalam berhubungan sosial dan pencapaian visi yang menjadi pertimbangannya.
Sayangnya dari segi tulisan, penulis masih mencampuradukkan antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Akan lebih baik jika menggunakan bahasa Indonesia saja. Tohitu bukan istilah-istilah yang tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Walau bagaimana pun, keputusan ada di tangan kita sebagai mahasiswa dan kita juga yang menentukan, mau menjadi apa kita. Bukan begitu?
Semoga Bermanfaat
ReplyDeletelo kok tulisannya di block pke tinta warna biru?
ReplyDeletegag enak bacanya min
iya bro. sudah diperbaiki. makasih sarannya. siap salah hehe ^_^
Delete