SEJARAH DESA BUYAT
lebaran ketupat desa buyat |
Desa Buyat terletak di ujung selatan Bolaang Mongondow, mulai dikenal di tahun 1897 walaupun diperkirakan wilayah ini sudah didiami sejak abad ke XVIII dengan nama Buyat. Buyat dalam pengertian bahasa Mongondow adalah sisa-sisa makanan yang melekat atau tertinggal pada gigi manusia. Menurut sejaah bahwa yang memberi nama Buyat adalah seoang perempuan Bogani Bolaang Mongondow yaitu Baay Dowu’
Baay Dowu’ ini datang dari Totabuan Bolaang Mongondow, mengembara di Bolaang Mongondow Selatan. Menuut riwayat, ketika itu belum ada manusia yang mendiami daerah ini, atau wilayah Bolaang Mongondow ujung Selatan ini. Dalam sejarah perjalanan, Baay Dowu’ terakhir mendiami salah satu tempat dibawah lereng Gunung Mandili di tepi sungai. Pada saat Baay Dowu’ selesai makan, Baay Dowu’ mengambil kulit pinang dan membersihkan sisa-sisa makanan yang melekat pada giginya, kemudian kulit pinang yang tadinya digunakan sebagai sikat gigi oleh Baay Dowu’ kemudian dibuang ke sungai diberengi dengan ucapan atau perkataan dalam bahasa Bolaang Mongondow, sebagai berikut:
“Tubig tana’a pinolumbuanku konkulit mama’an pinondaritku kon bagang yo tangonyonku tubig in Buyat. Topi’ mangoi booyuon intau mobuka’kon lipu’ (tolidon), yotangoyan Buyat, badia’ kodaitan in rijiki.”
Artinya: Kulit pinang yang saya gunakan untuk membersihkan sisa-sisa makanan, saya buang atau dilemparkan ke sungai, dan sungai itu saya namakan sungai buyat. Dan kalau sebentar ada orang yang membuka perkampungan diwilayah ini harus diberi nama kampung buyat, artinya agar tidak kehabisan rejeki. Jadi “Buyat” pengertiannya adalah sisa-sisa makanan yang tertinggal di gigi manusia.
Pada tahun 1867 kelompok pongaluon paputungan datang diwilayah pantai selatan Bolaang Mongondow berangkat dari Kope’ atau (Desa Kopandakan sekarang). Pongaluon paputungan didampingi oleh:
- Tumuntanow Modeong
- Okat Modeong
- Maindoka
Kelompok ini datang diwilayah pantai selatan Bolaang Mongondow dengan maksud berburu dan menangkap ikan. Pertama-tama kelompok ini mendiami wilayah Doup sebelah barat desa Kotabunan, kemudian pindah ke Bokaka’. Tempat ini diberi nama oleh Pongaluwon Paputungan Bokaka’ yang artinya wilayah yang terdapat sumber mata angin.
Dari Bokaka’ kelompok Pongaluwon Paputungan turun ke pantai yaitu pantai Buyat sekarang dengan tujuan mencari atau menangkap ikan dan membuat garam dengan cara tradisional kelompok ini dengan malihat keadaan wilayahnya baik untuk dibuat tempat tinggal kerena letaknya adalah merupakan dataran rendah yang cukup luas, maka mereka langsung pindah didataran ini.
Pertama-tama mereka membuat tempat tinggal disungai kecil bernama “Lotung” artinya anak sungai yang hulunya berpusat dilereng gunung “Limpuang”. Selanjutnya kelompok ini merintis jalan ke pantai, dan mendiami tepi pantai untuk menangkap ikan dan membuat garam.
Seiring dengan berjalannya waktu berdatanglah keluarga yang tidak lain adalah kerabat dari Pongaluwon Paputungan, Tumontanow Modeong, dan Maindoka datang dari kopandakan, poyowa kecil, Motoboi kecil dan mongkonai. Pada tahun 1871 wilayah tersebut sudah didiami beberapa kelompok keluarga, pada saat itulah Pongaluwan Paputungan diangkat masyarakat sebagai “Mahala” atau pemimpin dan tempat inilah mereka namakan Tolidon atau Lipu’ artinya kampung dan teringat akan pesan Baay Dowu’ bahwa siapa membuka pemukiman atau kampung harus diberi nama “Buyat” agar tidak kehabisan rejeki. Pada tahun inilah (1871) resmi dinamakan oleh Pongaluwon Paputungan diantaranya :
- Lipu’ in buyat atau kampung Buyat
- Tubig in buyat atau sungai Buyat
- Pintad in buyat atau pantai Buyat
- Impod in buyat atau tanjung Buyat
- Tompig in buyat atau sudut pantai buyat
- Impod in Bobakan atau tanjung bobakan
Pada awalnya desa buyat didiami oleh satu kelompok etnis yaitu etnis mongondow, setelah desa buyat mengalami perluasan wilayah dan perkembangan penduduk, maka penduduk desa buyat semakin bertambah dengan masuknya beberapa kelompok etnis yaitu etnis minahasa, sanger, gorontalo, dan bugis, akan tetapi mayoritas adalah etnis Mongondow.
Desa Buyat yang letaknya berbatasan dengan kabupaten Minahasa pada waktu itu dan merupakan tempat pertemuan dari beberapa suku (kelompok Etnis). Masing-masing suku ini memiliki bahasanya sendiri-sendiri, tetapi bahasa pergaulan yang digunakan oleh semua etnis yang mendiami desa Buyat ketika itu adalah Indonesia. Juga bahasa Mogondow adalah merupakan bahasa pergaulan, karena mayoritas penduduknya adalah Mongondow.
Masyarakat desa buyat ketika itu memeluk agamanya masing-masing yaitu Islam dan Kristen. Tetapi mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Sebagai umat yang beragamakeharmonisan dan kerukunan antar sesama adalah sangat baik dan tetap terjaga, ini dibuktikan bahwa setiap ada kegiatan keamanan, masing-masing saling menjamin menjaga terutama dari segi keamanannya yaitu saling menghormati dan saling menghargai.
Desa Buyat secara umum keberadaannya terletak didataran rendah yang landai dan berada 1 (satu) km dari tepi pantai serta diapit oleh bukit dan gunung, yaitu:
Sebelah Utara Gunung Mandili Danerfak.
Sebelah Selatan Gunung Bokakan.
Sebelah Barat Gunung Torotakon.
Sebelah Timur Gunung atau Tanjung Buyat.
Sungai Buyat : Sungai ini diapit oleh dua Gunung yaitu sebelah selatan Gunung Singkolow dan
Sebelah Utara diapit oleh Gunung Lingguoi. Lepas dari dua gunung tersebut
sungai ini mengalir menelusuri kaki Gunung Dongit, Gunung Erfak, dan Gunung
Mandili serta Gunung Potong dan bermuara di Teluk Totok dan muara sungai
ini dinamakan Kuala Mati, ketika itu.
Tanjung Buyat : seperti diutarakan di atas bahwa Tanjung Buyat yang terletak di dekat muara dan tanjung bobakan di sebelah Selatan
SISILAH KETURUNAN PENDIRI DESA BUYAT
- Pongaluon Paputungan
- Pomontung Paputungan
- Loloy Paputungan
- Faisal Paputungan
Pada tanggal 11 Maret 2007 dimasa pemerintahan Makmun I. Paputungan desa Buyat dimekarkan menjadi 3 (tiga) desa yaitu:
- Desa Buyat Induk adalah Desa Buyat
- Desa persiapan Buyat Satu adalah Desa Buyat Satu
- Desa persiapan Buyat Dua adalah Desa Buyat Dua
Desa Buyat sesudah pemekaran dimulai dari Sangadi (kepala desa) Makmun I. Paputungan (2005 s/d 2010). Kemudian pada tanggal 1 November tahun 2010 pemerintahan desa Buyat dipimpin oleh Monginsidi Mamonto sebagai PJS Sangadi Desa Buyat, sampai pada masa pelantikan Sangadi terpilih tanggal 15 November tahun 2011, dan pemerintahan Desa Buyat kembali dijabat oleh Sangadi definitif pilihan rakyat Makmun I. Paputungan sejak tanggal 15 November 2011 s/d 2017.